ANTARAYA MEDIA, PALOPO – Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Palopo, Asmuradi Budi, ST., M.Env.Man., mewakili Pj. Wali Kota Palopo dalam kegiatan Penilaian Kinerja Percepatan Penurunan Stunting Kota Palopo Tahun 2025 yang dilaksanakan secara virtual di Aula Ratona, Kantor Wali Kota Palopo, Rabu (28/5/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Asmuradi Budi memaparkan gambaran umum Kota Palopo yang terdiri dari 9 kecamatan dan 48 kelurahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2024 sebanyak 195.680 jiwa, yang terdiri dari 98.230 laki-laki dan 97.450 perempuan.
Terkait prevalensi stunting balita, hasil Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan penurunan secara bertahap, yakni:
Tahun 2021: 28,5 persen
Tahun 2022: 23,8 persenTahun 2023 (SKI): 25,5 persen
Tahun 2024: 22,8 persen
Sementara itu, berdasarkan data penginputan e-PPGBM, tren prevalensi stunting menunjukkan hasil yang lebih signifikan:
Tahun 2021: 4,21 persen
Tahun 2022: 3,24 persenTahun 2023: 1,98 persenTahun 2024: 1 persen
Penentuan lokus prioritas intervensi stunting telah dilakukan pada 16 Februari 2024. Dalam rencana intervensi tahun 2025, Kelurahan Ponjalae menjadi salah satu lokus prioritas meskipun mencatat nol kasus stunting, namun dengan jumlah KRS (Keluarga Risiko Stunting) yang cukup tinggi.
Demikian pula Kelurahan Batupasi, meski tanpa kasus stunting, cakupan layanan esensial masih perlu ditingkatkan.
Inovasi penanganan stunting yang dilakukan Pemerintah Kota Palopo antara lain melalui peran Bapak dan Bunda Asuh Stunting yang aktif dalam menyediakan dan memastikan balita stunting mendapatkan makanan tambahan bergizi (PMT), akses layanan kesehatan, monitoring kelayakan hunian, serta memastikan kepemilikan jaminan kesehatan.
Selain itu, dilakukan pula pelatihan pengelolaan PMT berbahan dasar ikan bagi ibu balita stunting.Kegiatan ini turut dihadiri oleh pimpinan perangkat daerah Kota Palopo serta tamu undangan lainnya. (hms)