ANTARAYA MEDIA, NASIONAL – Setelah pandemi Covid-19 yang mewabah beberapa tahun lalu, kini sebuah virus baru kembali mewabah secara cepat di dataran China.
Virus tersebut diketahui bernama virus Human Metapneumovirus (HMPV).
HMPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, dengan gejala yang mirip flu biasa seperti batuk, pilek, demam, dan sesak napas. Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.
Virus ini biasanya tidak berbahaya bagi orang dewasa yang sehat, tetapi berisiko lebih tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.
Hingga saat ini, belum ada vaksin atau pengobatan khusus untuk HMPV. Meski demikian, perawatan suportif seperti rehidrasi, pengendalian demam, dan istirahat cukup efektif dalam membantu meringankan gejala.
Meski demikian, hingga kini HMPV belum terdeteksi di Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, drg. Widyawati, MKM.
Ia menyebut jika saat ini belum ada laporan kasus virus HMPV di Indonesia.
“Saat ini belum ada laporan kasus HMPV di Indonesia,” ungkap Widyawati.
Walau begitu, pihaknya mengimbau pada masyarakat tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai langkah pencegahan.
Disisi lain, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Nihayatul Wafiroh meminta kepada pemerintah untuk dapat menaruh fokus pada perkembangan virus ini.
Kata Nihayatul, pemerintah harus bisa mengantisipasi terjadinya penyebaran wabah tersebut di Indonesia. Salah satunya dengan memperketat pemantauan di pintu-pintu masuk negara.
“Pemerintah perlu meningkatkan sistem pemantauan di pintu-pintu masuk negara, seperti bandara dan pelabuhan, untuk memeriksa gejala-gejala yang mirip dengan infeksi saluran pernapasan akut. Ini termasuk penggunaan tes diagnostik yang tepat untuk mendeteksi virus HMPV lebih awal,” ujar Nihayatul dalam keterangannya, Minggu (5/1/2025).
Pemerintah kata dia juga diharapkan berkoordinasi dengan World Health Organization (WHO) dan negara lain untuk mendapatkan informasi mengenai penyebaran virus HMPV dan vaksinasi yang diperlukan.
Menurut dia, upaya itu menjadi salah satu deteksi dini bagi pemerintah untuk bisa mengantisipasi terjadinya penyebaran virus secara masif.
“Pemerintah perlu terus berkoordinasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan negara-negara yang terdampak untuk mendapatkan informasi terkini mengenai virus ini, termasuk pola penyebaran, tingkat virulensi, dan vaksinasi yang diperlukan,” jelas Nihayatul.
Tak cukup di situ, pemerintah juga dinilai perlu memberikan edukasi kepada masyarakat tanpa memberi rasa khawatir.
“Edukasi Masyarakat tanpa memberikan rasa khawatir: Menyampaikan informasi yang jelas dan tepat kepada masyarakat mengenai cara-cara pencegahan infeksi, seperti mencuci tangan, menggunakan masker jika sakit, dan menjaga kebersihan lingkungan, tetap penting untuk mencegah penyebaran virus,” ujar Nihayatul.
Meski wabah HMPV ini belum menunjukkan ancaman sebesar Covid-19 namun kata dia, pemerintah perlu menerapkan langkah-langkah pencegahan yang proaktif dan berbasis data.
Tak hanya itu, kepastian rumah sakit dan tenaga kesehatan untuk siap menangani virus HMPV juga harus menjadi salah satu fokus.
Pasalnya, kapasitas tenaga medis menjadi kunci menghadapi wabah virus tersebut.
“Memastikan rumah sakit dan tenaga kesehatan siap menangani kasus infeksi virus pernapasan lainnya. Peningkatan kapasitas tenaga medis dalam menghadapi wabah virus pernapasan juga menjadi kunci,” jelas Nihayatul. (***)