Kelangkaan Beras di Ritel Modern, Kepala BAPANAS Janjikan Stok Beras Aman Pekan Ini

BAPANAS janjikan stok beras aman untuk pekan ini

ANTARAYA MEDIA – Kelangkaan beras di pasar ritel modern dijanjikan akan segera berakhir.

“Iya, (peritel tak akan kosong) karena SPHP nanti akan disalurkan oleh Bulog,” ujar Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, saat ditemui media di Pusat Induk Beras Cipinang, Jakarta, Senin (12/2/2024).

Bacaan Lainnya

Dia menjanjikan beras tak akan kosong pada pekan ini, pemerintah akan mengguyur beras ke peritel modern sebanyak 5.000 ton beras merek SPHP dan 230 ton beras komersial yang akan disalurkan mulai hari ini.

Hanya saja, khusus untuk pembelian beras di peritel akan dibatasi yakni dua pack kemasan 5 kilogram per konsumen.

Hal itu agar semua masyarakat bisa mendapatkan kebutuhan beras sesuai dengan harga eceren tertinggi (HET), yakni Rp 10.900 per kilogram.

“Ini kalau enggak dibatasi, di saat harga beras tinggi kayak gini nanti semua orang jadinya memborong beras kan. Makanya biar rata, kita batasi satu konsumen bisa beli beras dua pack dengan masing-masing-masing ukuran 5 kilogram,” jelas Arief.

Sebelumnya, Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) tak menampik bahwa stok beras di peritel mulai berkurang, bahkan cenderung kosong.

Ketua Aprindo, Roy Mandey, menjelaskan, hal itu lantaran ada sebagian pengusaha ritel yang memilih untuk berhenti membeli beras dari produsen beras lantaran harganya yang semakin tinggi jauh di atas harga eceren tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

Dia menyebutkan, beras premium sudah dibanderol Rp 16 ribu sementara HET beras premium Rp 13.900.

Belum lagi di sisi lain, para produsen beras mengeluhkan stok beras yang diolah mulai berkurang.

“Sudah sepekan ini beras itu berangsur kurang. Kemudian kita Purchasing Order (PO) atau kita pesan ke produsen, eh malah harganya tinggi,” ujar Roy saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (10/2/2024).

“Sementara kalau peritel membeli harga tinggi dan harus melepas sesuai HET ke konsumen, peritel rugi kan, siapa yang mau nombok. Jadi memang ada yang memilih untuk menyetop pembelian atau pemesan beras dari produsen beras sehingga suplai di ritel memang sedikit atau kosong,” ucapnya. (**)

Pos terkait