Oleh: Wahyu Hidayat (Dosen Universitas Cokroaminoto Palopo)
ANTARAYA MEDIA – :Tanggal 24 Mei mendatang, Kota Palopo akan melaksanakan Pemungutan Suara Ulang (PSU), sebuah momen penting dan krusial bagi masa depan demokrasi di daerah kita. Pemilu ulang ini bukan sekadar agenda prosedural, melainkan sebuah ujian kedewasaan politik, integritas warga negara, dan lebih jauh lagi, refleksi dari iman politik kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang berdaulat.
Sering kali kita bicara tentang iman sebagai urusan spiritual yang bersifat pribadi. Namun dalam konteks kebangsaan, kita memiliki iman politik. Apa itu iman politik? Iman politik bukanlah konsep kosong. Ini adalah kesadaran mendalam bahwa dalam bernegara, kita punya landasan, arah, dan nilai yang harus dijaga.
Jika iman atau aqidah adalah keyakinan atau kepercayaan bahwa ada suatu Zat Yang Esa yang telah menciptakan seluruh alam ini beserta isinya, maka iman politik kita dalam berbangsa dan bernegara adalah Pancasila. Iman politik adalah sebuah komitmen kolektif terhadap nilai, prinsip, dan cita-cita bersama yang dirumuskan dalam Pancasila sebagai dasar negara.
Iman politik adalah kesetiaan kita pada nilai-nilai luhur berbangsa, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan yang menjadi fondasi hidup bernegara. Sejak proklamasi kemerdekaan 1945, tidak pernah ada kesepakatan yang lebih agung dan luhur selain Pancasila sebagai titik temu, titik tolak, dan titik tuju perjalanan politik bangsa ini.
Dalam pemiluhan ulang nanti, kita harus bertanya apakah pilihan politik kita sejalan dengan nilai Pancasila? Apakah pilihan kita menumbuhkan persatuan atau malah memecah belah? Apakah kita memilih karena integritas, atau karena rayuan sesaat? Iman politik bukan sekadar soal memilih calon. Ini soal menjaga kemurnian nurani dan etika dalam menentukan masa depan kota yang kita cintai.
PSU semestinya menjadi ajang mengedepankan adu gagasan, bukan adu kebencian. Sayangnya, dalam praktik, politik sering dicemari oleh hoaks, politik uang, ujaran kebencian, dan konflik horizontal. Di sinilah iman politik kita benar-benar diuji, bukan ketika kita berada di atas panggung kampanye, tetapi saat kita mampu menahan diri untuk tidak membalas caci maki dengan caci maki, tidak membalas fitnah dengan fitnah, tidak mengorbankan kedamaian demi ambisi.
Kota Palopo tidak akan maju jika masyarakatnya terpecah karena perbedaan pilihan. Tetapi Palopo akan jaya dan besar jika seluruh warganya bersatu dalam perbedaan, dewasa dalam menyikapi hasil, dan tetap menjaga silaturahmi dalam ruang demokrasi.Ketika kita bicara soal PSU di Palopo, kita tidak sedang bicara tentang siapa yang menang atau siapa yang kalah. Kita sedang bicara tentang bagaimana warga Palopo menjaga marwah demokrasi, menjunjung tinggi etika politik, serta menghindari segala bentuk kerusuhan, provokasi, dan perpecahan yang bisa mengoyak persatuan.
Jangan sampai pemilu menjadi panggung kebencian, ladang adu domba, atau bahkan ajang balas dendam. Kita harus lebih dewasa dari itu. Pemilhan ulang ini bukan ajang mengulang konflik, tapi kesempatan memperbaiki proses. Dan dalam setiap keputusan yang kita ambil di bilik suara nanti, terselip tanggung jawab moral dan kebangsaan, itulah yang disebut iman politik.
Kita harus sadar bahwa suara kita bukan hanya angka di balik kotak suara. Suara kita adalah amanah. Dan dalam konteks ini, cerdas dalam memilih berarti menggunakan hati nurani, memperkuat komitmen kebangsaan, serta menjadikan Pancasila sebagai kompas moral dalam menentukan pilihan politik. Mari hindari politik uang, fitnah, dan ujaran kebencian. Mari jaga kedamaian dan kebaikan bersama.
Ingat, Palopo bisa maju hanya kalau kita bersatu. Kota ini tidak akan besar karena satu pihak menang dan yang lain kalah, tapi karena semua pihak bekerja sama untuk kebaikan bersama. Jangan rusak masa depan hanya karena berbeda pilihan hari ini. Jangan korbankan keharmonisan sosial hanya demi ambisi sesaat.Kita semua adalah anak bangsa.
Kita semua adalah warga Palopo. Maka mari jadikan pemilu ulang ini sebagai momentum untuk menunjukkan bahwa Palopo punya martabat, punya integritas, dan punya iman politik yang kuat, yakni iman yang bersumber dari Pancasila, cinta pada kedamaian, dan semangat untuk terus membangun negeri ini bersama.
Semoga! ***