SAMARINDA – Industri manufaktur terus menjadi sektor strategis dalam perekonomian nasional, termasuk di Kalimantan Timur (Kaltim).
Dengan kontribusi sebesar 17,73 persen terhadap perekonomian provinsi pada 2023, atau setara dengan Rp149,53 triliun, sektor ini menunjukkan potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut.
Menanggapi hal ini, Anggota DPRD Kaltim, Agusriansyah Ridwan menilai Sektor ini harus diberi penguatan.
Dia menekankan bahwa penguatan sektor manufaktur merupakan langkah krusial bagi daerah yang selama ini bergantung pada sektor pertambangan.
“Terlalu bergantung pada hasil bumi tidak akan memberikan keuntungan jangka panjang. Kita harus mulai fokus pada industri manufaktur yang dapat menciptakan pendapatan daerah yang lebih stabil dan berkelanjutan,” ujar politisi PKS tersebut.
Agusriansyah menjelaskan, sektor manufaktur memiliki kemampuan untuk mengubah sumber daya alam (SDA) yang melimpah di Kaltim menjadi barang jadi dengan nilai ekonomi lebih tinggi. Hal ini, menurutnya, adalah kunci dalam membangun perekonomian yang lebih kuat.
“SDA yang kita miliki, jika diolah dengan dukungan SDM profesional melalui pabrik manufaktur, akan menjadi kekuatan luar biasa. Selain mendiversifikasi ekonomi, ini juga membuka peluang besar bagi investasi dan penciptaan lapangan kerja,” katanya.
Agusriansyah juga memaparkan industri manufaktur terus menarik minat investor. Dalam enam tahun terakhir, sektor ini menyumbang lebih dari 40 persen dari total investasi di Kaltim, baik dari dalam maupun luar negeri.
“Tren investasi ini menunjukkan bahwa manufaktur adalah arah pembangunan ekonomi yang harus kita prioritaskan. Pemerintah, khususnya melalui BUMD, harus memanfaatkan momentum ini untuk merancang program strategis jangka menengah dan panjang di bidang manufaktur,” terangnya.
Dia menilai, kontribusi BUMD terhadap pendapatan daerah masih minim dibandingkan dengan potensi yang ada. Oleh karena itu, Agusriansyah mendorong BUMD untuk lebih proaktif dalam mengelola dan mengembangkan sektor manufaktur sebagai salah satu pilar utama perekonomian daerah.
“BUMD harus mampu menjadi motor penggerak industri manufaktur di Kaltim. Program kerja yang jelas dan berorientasi pada hasil nyata perlu segera disusun untuk memastikan manfaat optimal bagi daerah,” tegasnya.
Arah Kebijakan ke Depan
Dengan kontribusi signifikan yang sudah dicapai, Agusriansyah optimistis bahwa manufaktur bisa menjadi tulang punggung perekonomian Kaltim.
Dia berharap pemerintah daerah memperkuat dukungan terhadap sektor ini melalui kebijakan strategis, infrastruktur pendukung, dan regulasi yang mempermudah pengembangan industri.
“Langkah ini bukan hanya untuk meningkatkan perekonomian, tetapi juga untuk menciptakan struktur ekonomi yang lebih berdaya saing di tingkat nasional dan global,” pungkasnya. (adv)