Oleh: Wahyu Hidayat / Dosen Universitas Cokroaminoto Palopo
Sebuah langkah maju dalam dunia pendidikan, khususnya pada aspek penguatan pendidikan karakter. Hal ini tercermin dari paparan enam program utama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, di hadapan anggota Komisi X DPR RI, Rabu (6/11). Dari enam program tersebut, Pak Menteri menempatkan pendidikan karakter sebagai prioritas utama.
Jelas sekali menteri pengganti Mas Nadiem ini memberikan perhatian khusus pada pendidikan karakter. Program lain tentu juga penting—mulai dari wajib belajar 13 tahun; peningkatan kualitas guru dan kesejahteraan guru; peningkatan pendidikan unggul, literasi, numerasi, dan sains teknologi; pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan, hingga pembangunan bahasa dan sastra. Namun, menjadikan pendidikan karakter sebagai fondasi utama adalah langkah strategis yang patut diapresiasi, karena pendidikan karakter menjadi dasar bagi keberhasilan seluruh program lainnya.
Program penguatan pendidikan karakter ini berisi langkah-langkah yang konkret, mulai dari pelatihan bimbingan konseling dan pendidikan nilai untuk guru kelas, peningkatan kompetensi guru BK dan guru agama, penanaman karakter 7 kebiasaan anak Indonesia, pengangkatan guru BK, dan makan siang bergizi.
Dari lima poin penguatan pendidikan karakter tersebut, yang menarik perhatian adalah adanya penanaman 7 kebiasaan anak Indonesia, mulai dari bangun pagi, beribadah, berolahraga, gemar belajar, makan sehat dan bergizi, bermasyarakat, dan tidur cepat. Pendekatan ini terasa menyegarkan. Alih-alih sekadar memberikan nasihat, anak-anak diajak untuk mempraktikkan kebiasaan-kebiasaan positif ini dalam kesehariannya.
Program ini memiliki dampak besar dalam membentuk karakter anak dengan melatih disiplin, memperkuat moral, menjaga kesehatan fisik dan mental, serta membangun rasa ingin tahu yang tinggi. Selain itu, program ini mengajarkan anak-anak tentang pentingnya berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan mereka. Dengan begitu, anak-anak bukan hanya berkembang dalam aspek akademik, tetapi juga tumbuh menjadi pribadi yang sehat dan berkarakter kuat.
Mengakhiri pemaparannya, Pak Menteri menyampaikan bahwa pendidikan karakter harus dimulai dari pembiasaan, pembiasaan menjadi kebiasaan, kebiasaan membentuk kepribadian, dan kepribadian akhirnya mengokohkan peradaban bangsa. Kebiasaan positif ini adalah modal dasar untuk membentuk warga negara yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara moral.
Kita harus mengakui bahwa selama ini pendidikan karakter sering kali hanya berhenti di ranah teori. Anak-anak diajarkan nilai-nilai kebaikan, tetapi kurang dalam penerapannya. Program baru Menteri baru ini berupaya mengubah pendekatan dengan mengedepankan tindakan nyata. Pendidikan karakter memang bukan hanya sekadar hafalan, tetapi bagian dari hidup. Ketika anak-anak terbiasa bangun pagi, tekun dalam beribadah, peduli pada kesehatan fisik, bagus interaksi sosialnya, maka niscaya mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih utuh.
Dengan dasar kebiasaan yang baik ini, kita dapat berharap akan generasi masa depan yang penuh integritas, etika, dan moral yang kokoh. Jika setiap anak di Indonesia menerapkan tujuh kebiasaan ini, kita tak hanya membangun generasi yang disiplin, tetapi juga peradaban yang lebih bermartabat. ***