ANTARAYA MEDIA – Proses kemerdekaan Indonesia tak bisa dilepas dari perjalanan panjang perjuangan organisasi, proses tersebut adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk merebut kemerdekaan. Dalam upaya yang terjadi organisasi punya peran penting sebagai basis yang di mulainya lewat penanaman kesadaran sampai pada menyusun strategi untuk berjuang.
Sejarah kemerdekaan dan organisasi
Dalam perjalanan proses kemerdekaan Indonesia peran organisasi dimulai ketika K.H Samanhudi mendirikan sebuah organisasi yang bergerak dibidang ekonomi dengan tujuan peningkatan ekonomi. Pasca berdirinya organisasi tersebut di susul dengan berdirinya organisasi yang bergerak di bidang pendidikan dengan tujuan membangkitkan kesadaran bangsa atas cara berpikir dan bertindak yang dikenal dengan organisasi Boedi Oetomo yang didirikan oleh Dr. Soetomo DKK.
Pasca organisasi Boedi Oetomo didirikan mengakibatkan kesadaran kaum muda dan pelajar untuk mendirikan juga organisasi, seperti Trikoro Darmo, organisasi kedaerahan, taman siswa dan beberapa organisasi pelajar yang lainnya. Dari beberapa organisasi yang telah berdiri kemudian berhimpun dalam suatu kongres Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia yang melahirkan sumpah pemuda.
Namun perjuangan tersebut tak hanya sampai disitu, perjuangan kebangsaan terus mengalami kegoncangan situasi ketika perang dunia ke-2 meletus dengan mempertemukan beberapa negara adidaya dan membentuk blok dari hasil konsolidasi antara imperialis kapitalis dan imperialis komunis, dari hasil konsolidasi tersebut membentuk blok Axis dan blok allice, dari peperangan tersebut mengalami Impack besar terhadap bangsa Indonesia.
Impactnya terhadap Indonesia adalah Jepang berhasil mendudukinya, bagi bangsa Indonesia dari hasil kemenangan Jepang dan lain-lain, Indonesia menganggap cahaya kemerdekaan mendekat kepadanya, namun lambat laun harapan itu pudar pada saat Jepang membuat suatu kebijakan yang bernama Romusha atau kita kenal di Indonesia adalah kerja paksa.
Indonesia di jajah oleh Jepang 3,5 tahun waktu yang singkat namun menyimpan luka besar terhadap bangsa Indonesia, setalah proses penjajahan dan masuk proses kemerdekaan, Indonesia merdeka atas Jepang dari sebuah momentum pas bagi Indonesia ialah ketika Nagasaki dan Hiroshima di bom, oleh sebab itu di manfaatkan oleh Bung Karno dan Hatta dengan membacakan proklamasi kemerdekaan.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, situasi bangsa masih tetap mengalami peperangan, sebab Inggris dan Belanda masih terus berusaha untuk masuk dan menjajah Indonesia, namun pada geopolitik global Amerika merancang sebuah konsep untuk menjadi kado bagi negara-negara dunia ke-3. Dengan pendekatan ideologi dan menjajah lewat peminjaman uang untuk memperbaiki negara-negaranya.
Oleh karena itu, perjuangan bangsa untuk meraih kemerdekaan yang sesungguhnya terus berjalan, karena kehendak yang besar dari Inggris dan Belanda untuk melakukan penjajahan terus terjadi dibeberapa daerah seperti yang terjadi ketika tentara NICA masuk kembali di Indonesia dengan membonceng sekutunya yakni Inggris dan beberapa negara lain.
Namun upaya itu berhasil dibaca oleh tokoh-tokoh pejuang Indonesia, sehingga melakukan perlawanan seperti perlawanan arek-arek Suroboyo serta perlawanan yang lain dibeberapa tempat, oleh sebabnya Amerika dan beberapa sekutu yang lain ingin menjadi mediasi antara Belanda dan Indonesia yang di kenal dengan peristiwa agresi militer pertama sampai pada agresi militer ke 2 dan hasil dari itu kemudian melahirkan perjanjian dan konferensi meja bundar.
Sejarah organisasi kemahasiswaan
Hal yang tergambar diatas tidak bisa dilepas dari sebuah peristiwa yang kemudian memicu munculnya organisasi kemahasiswaan seperti organisasi HMI, GMN, PMII dan beberapa organisasi yang lain, organisasi kemahasiswaan itu terbentuk disatu sisi sebagai lembaga organisasi yang bergerak di pendidikan dan juga pada perjuangan kemerdekaan dan cita-cita kemerdekaan.
Perjalanan organisasi kemahasiswaan telah membuktikan gerakannya dengan beberapa langkah yang ia tempuh. Langkah yang di tempuh oleh organisasi kemahasiswaan mulai dari gerakan edukasi sampai pada gerakan kesadaran atas cita-cita kemerdekaan Negara Indonesia.
Peristiwa dari bukti organisasi kemahasiswaan pada cita-cita kemerdekaan ialah ketika situasi antara rakyat dan negara memiliki jarak yang begitu jauh yang di tandai dengan sebuah kebijakan presiden Soekarno yaitu sentralisasi kekuasaan dan ekonomi hasil dari itu terjadi kenaikan harga bahan pokok dan lain-lain. Serta juga sebuah kejadian pembantaian yang tidak dapat diselesaikan oleh negara.
Sehingga kejadian tersebut mengakibatkan terjadinya sebuah gerakan demonstrasi oleh mahasiswa dengan membawa tiga tuntutan rakyat yang sering disingkat dengan istilah Tritura (tiga tuntutan rakyat). Peristiwa tersebut sebagai peristiwa yang memicu bung Karno berhenti sebagai presiden dan digantikan Soeharto.
Pasca Soekarno di gantikan oleh Soeharto Indonesia masuk dalam babak baru, dimana rakyat tambah di jauhkan dari pemerintah dengan beberapa kebijakannya menutup ruang partisipasi masyarakat, serta peristiwa pengekangan kebebasan dan perampasan ruang Masyarakat sipil dan beberapa kebijakan-kebijakan lainnya
Dari situasi tersebut diatas tekad kuat mahasiswa atas dasar perjuangan cita-cita kemerdekaan seperti yang terjelaskan diatas adalah sebuah spirit yang terus harus termanifestasikan kedalam gerakan kemahasiswaan untuk sampai pada tujuan yang ideal atas negara.
Sehingga dari tekad kuat mahasiswa pada masa kepemimpinan Soeharto (orde baru) mewariskan sejarah gerakan mahasiswa yang tak lain diantaranya adalah hasil tempaan organisasi, dengan membangkitkan kesadaran kolektif gerakan yang tersusun menjadi peristiwa gerakan reformasi.
Setalah peristiwa gerakan reformasi, organisasi mahasiswa telah masuk babak baru, dimana amandemen UUD telah dilakukan dengan pembatasan kekuasaan presiden, dan keterbukaan kebebasan masyarakat yang penting tak keluar dari aturan yang berlaku.
Organisasi mahasiswa masa kini
Organisasi kemahasiswaan setelah melihat proses perjalanan panjang organisasi kemahasiswaan, yang disusun atas beberapa dekade perjuangan, dekade perjuangan pra kemerdekaan, pasca kemerdekaan (orde lama), orde baru, dan reformasi.
Dari beberapa rentetan sejarah organisasi kemahasiswaan, mahasiswa telah membuktikannya dari beberapa literatur dengan penyusunan konsep gagasan atas wacana kenegaraan, serta partisipasi atas negara yang ideal secara teoritis dan kontekstual.
Namun perhari ini organisasi kemahasiswaan telah mengalami situasi yang mencengangkan, sebab dibeberapa organisasi kemahasiswaan terjadi sektarianisasi gerakan, hal ini yang menjadi cara keorganisasian yang hanya menganggap sejarah perjuangan terdahulu sebagai romantisme sejarah tidak menjadikannya sebagai refleksi gerakan yang menginspirasi.
Situasi gerakan keorganisasian perhari ini kemandekan gagasan, hal itu bisa kita lihat dibeberapa agenda kebijakan pemerintah yang tak dapat menyelesaikan situasi persoalan kenegaraan. Bahkan malah di perburuk, dengan sebuah kebijakan yang hampir mirip yang di tentang di zaman penjajahan dan zaman orde Baru, yakni ialah pengekangan kebebasan dan lain sebagainya itu tidak disikapi oleh organisasi kemahasiswaan, oleh sebab itu hal ini yang harus menjadi perhatian khusus bagi kalangan kemahasiswaan dengan gerakan kolektif kelembagaannya.
Maka, untuk mengembalikan marwah gerakan organisasi kemahasiswaan adalah bagaimana melakukan konsolidasi wacana kenagaraan dan konsolidasi gerakan, dan kemudian menyusunnya kedalam sebuah manuskrip gerakan untuk sampai pada cita-cita yang diimpikan seperti dalam gambaran sejarah gerakan organisasi tersebut.
Oleh karena itu, mendiskusikan dan menyusun paradigma adalah sesuatu yang penting bagi organisasi kemahasiswaan, sebagai landasan yang menjadi acuan untuk metodologi pembacaan wacana kenegaraan dan metodologi gerakan kemahasiswaan.
Pertemuan internalisasi organisasi kemahasiswaan seharusnya adalah medium untuk konsolidasi gagasan dalama menyusun paradigma yang konteks dengan situasi zaman perhari ini. Bukan hanya menjadi silaturahmi semata dengan beberapa agenda euforia belaka. Yang seharusnya menjadi medium konsolidasi gagasan untuk terus berpartisipasi atas kemajuan negara beberapa tahun kedepan. Hal ini penting untuk menjadi pembahasan pokok sebab berbarengan dengan momentum Hari ulang tahun Republik Indonesia
Catatan ini adalah sebuah catatan refleksi atas situasi gerakan keorganisasian yang mengalami degradasi gerakan dan wacana yang dibangun atas peran penting terhadap negara, di tambah momentum ini adalah momentum hari ulang tahun Republik Indonesia yang ke 79.
Usia yang ke-79 tersebut bukan lagi usia yang muda namun suatu usia yang terbilang tua. Olehnya itu dengan usia yang sebegitu tuanya harusnya telah mengalami kematangan demokrasi dan telah mendekat pada cita-cita yang ia impikan.
Maka dari itu, untuk mengalami kematangan demokrasi dan memproseskan diri pada cita-cita ialah memerlukan upaya kolektif bagi semua kalangan, namun yang pokok bagi kalangan organisasi kemahasiswaan.
(Arya G.)